Ayah dan Anak Imigran El Salvador Tewas Mengenaskan dalam Perjalanan ke Amerika
Para imigran diminta untuk menunggu di kamp-kamp yang berada di Meksiko. Pemerintah Tamaulipas mengungkap bahwa Alberto dan keluarga tiba di Matamoros Minggu pagi dan langsung pergi ke Konsulat AS untuk mengetahui tanggal pengajuan suaka. Namun, daftar antreannya panjang.
Di Matamoros, setiap minggu hanya 40-45 pencari suaka yang diwawancarai. Padahal, daftar antrean mencapai 800-1.700 orang dan terus bertambah. Itulah kemungkinan yang membuat Alberto frustrasi dan akhirnya memilih berenang untuk mencapai Texas.
Sejatinya sudah ada peringatan agar imigran tak menyeberangi Rio Grande. Air sungai sedang naik karena bendungan dibuka untuk irigasi. Dari permukaan, air memang terlihat tenang. Tapi, sejatinya arus di bawahnya sangat deras.
Alberto tak menggubris peringatan itu. Pada Minggu siang itu, dia berenang dengan membawa Valeria lebih dulu. Begitu sampai di sisi AS, dia meletakkan putrinya di tepi sungai.
Alberto meminta Valeria menunggu. Dia akan menjemput sang istri yang berada di seberang.
Begitu Alberto kembali berenang ke sisi Meksiko, Valeria ikut masuk ke sungai. Dia takut ditinggal sendirian oleh sang ayah. Tubuh kecilnya terseret derasnya arus sungai. Dengan sekuat tenaga Alberto berusaha menggapai putrinya. Sepertinya agar tak terlepas, dia memasukkan Veleria ke kausnya dan memintanya untuk berpegangan erat di leher.
"Saya bisa membayangkan saat itu dia (Alberto, Red) berkata kepada dirinya sendiri bahwa dia sudah sampai sejauh itu. Maka, mereka harus tetap bersama," ujar Rosa.
Perbatasan AS-Meksiko yang membentang 3.218 kilometer dari Gurun Sonoran hingga Rio Grande itu memang dikenal sebagai perlintasan yang memakan banyak korban jiwa. Tahun lalu total ada 283 imigran yang tewas. Jumlahnya naik turun tiap tahun, tapi hampir selalu di angka 200-300-an orang.