Baca Ini! Gerakan Bawah Tanah PKI
Bawah Tanah
Memasuki 1935, situasi dunia bergolak ke arah perang dunia kedua. Tahun itu Musso menyamar kembali ke tanah air. "Musso memilih Surabaya sebagai tempat tinggalnya, karena di kota itu Musso telah mempunyai banyak kenalan lamanya," tulis Busjarie.
Dengan menggunakan nama samaran Ganda, Musso memulai aksinya menulis di koran harian Indonesia Berdjuang milik Partai Indonesia (Partindo) yang dipimpin Pamudji. Setelah berkenalan baik dengan Musso, Pamudji memberinya tempat tinggal di Desa Kedurus, bagian selatan kota Surabaya.
Musso dan jaringan Pamudji mulai bergerak hati-hati menjaring kembali kekuatan PKI di tanah air. Namun, apa hendak dikata, Pamudji tertangkap.
Setahun di Surabaya, Musso membentuk kembali Central Comite Partai Komunis Indonesia yang terdiri dari Djokosudjono, Achmad Sumadi dan Ruskak. Pamudji yang sedang mendekam di penjara tidak masuk dalam formasi bawah tanah ini.
Formasi ini tak bertahan lama, Desember 1936, saat Musso berada di luar negeri, tiga pimpinan CC PKI ditangkap Belanda. Selain ketiganya, banyak kader PKI bawah tanah yang juga ditangkap dan ditahan di penjara Kalisosok, Surabaya. Gerakan mereka rupanya tercium intelijen kolonial.
Selalu saja ada pelanjut angkatan. 24 Februari 1937 berdiri Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) yang didalam ada AK Gani, Moh. Yamin dan Amir Sjarifuddin. Di dalam kelompok ini bergabung pula seorang anak muda bernama DN Aidit. Di zaman pendudukan Jepang, kelompok ini keras menentang fasisme.
Di sisi lain, Pamudji yang baru saja bebas dari penjara Sukamiskin, Bandung kembali ke Surabaya. Tanpa buang-buang waktu, dia langsung kumpulkan kader-kader PKI bawah tanah yang tidak tertangkap dan 1938 kembali membentuk CC PKI, "di rumah Azis di kampung Pacarkeling, Surabaya," ungkap Busjarie.