Bamsoet: Tri Dharma Perguruan Tinggi Harus Mampu Menghadapi Revolusi Industri 4.0
jpnn.com, JAKARTA - Ketua DPR RI Bambang Soesatyo memaparkan hasil riset lembaga Internasional McKinsey yang memperkirakan hingga tahun 2030, Revolusi Industri 4.0 akan berdampak pada hilangnya sekitar 45 juta hingga 50 juta pekerjaan. Akan ada banyak pegawai di seluruh dunia yang akan kehilangan pekerjaan.
Oleh karena itu, sebagai gantinya diperlukan inovasi untuk menciptakan lapangan kerja baru serta sumber daya manusia (SDM) yang andal, kompeten serta memiliki kemampuan yang dibutuhkan dalam dunia kerja.
“Dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0, Tri Dharma Perguruan Tinggi perlu dikuatkan dan diarahkan pada bagaimana perguruan tinggi dapat mempersiapkan dan meningkatkan kualitas SDM yang siap mengisi era ini dengan tantangan yang semakin berat. Program pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat harus disesuaikan dengan perkembangan teknologi yang sudah meningkat pesat,” ujar Bamsoet saat mengisi Kuliah Umum di Universitas Islam Atthahiriyah di Jakarta, Sabtu (7/9/19).
Selain dihadiri para mahasiswa dari berbagai program studi, turut hadir Ketua Dewan Pembina Yayasan Adiniyah Attahariyah KH Khodori Tahir dan Rektor Universitas Islam Attahiriyah Prof. Dr. Abdul Gani Abdullah.
Bendahara Umum DPP Partai Golkar 2014-2016 ini menjelaskan, dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0, program pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat harus disesuaikan dengan perkembangan teknologi yang sudah meningkat pesat.
Pada dharma pendidikan, perguruan tinggi diharapkan dapat melaksanakan sistem pembelajaran yang lebih inovatif melalui penyesuaian kurikulum pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa. Khususnya, dalam hal data Information Technology (IT), Operational Technology (OT), Internet of Things (IoT), Big Data Analitic, serta integrasi antara objek fisik, digital dan manusia.
Selain itu, Wakil Koordinator Bidang Pratama DPP Partai Golkar ini menambahkan, diperlukan peningkatan kapasitas mahasiswa dalam karakter dan pemikiran, sehingga mampu bersaing dan berjuang dalam kondisi tersulit. Proses pembelajaran juga perlu dioptimalkan sehingga tidak hanya dilaksanakan secara face to face, melainkan juga blended learning maupun full online learning, sehingga dapat meningkatkan intensitas komunikasi belajar antara mahasiswa dan dosen.
"Hal tersebut merupakan salah satu upaya untuk menghasilkan lulusan yang kompetitif dan terampil. Terutama dalam aspek data literacy, technological literacy dan human literacy. Dengan demikian diharapkan dapat menciptakan generasi angkatan kerja yang memiliki daya saing untuk memenuhi tuntutan pasar dan memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks," tandas Bamsoet.