Banjir Sintang & Jokowi
Oleh: Dhimam Abror DjuraidWapres Ma’ruf Amin pasti tahu bahwa dalam Al-Qur'an sudah ditegaskan bahwa kerusakan yang terjadi di laut dan darat di dunia ini disebabkan oleh ulah tangan manusia. Fenomena alam La Nina boleh saja dituding sebagai penyebab.
Anomali cuaca boleh saja disalahkan sebagai biang bencana. Pemanasan global bisa saja divonis sebagai pusat masalah. Namun, semua itu tidak akan terjadi tanpa ada ulah manusia yang salah urus dalam mengelola alam.
Cuaca empat musim di Eropa dianggap sebagai keunggulan dibanding cuaca dua musim di negara tropis seperti Indonesia. Ada pandangan umum yang menganggap bangsa Eropa lebih maju karena keunggulan lokasi geografis dan keuntungan empat musim.
Pandangan ini berlangsung lama, tetapi sekarang sudah dimentahkan oleh Daron Acemoglu dan James Robinson dalam ‘’Why Nations Fail?’’. Negara-negara di dunia maju bukan karena lokasi geografis dan keuntungan cuaca, tetapi karena diurus secara benar.
Sebaliknya negara-negara subtropis masih banyak yang belum maju, bukan karena iklimnya, tetapi karena salah kelola.
Bencana alam yang kerap melanda Indonesia memang disebabkan oleh cuaca. Namun, kebijakan lingkungan yang tidak tepat menyebabkan bencana alam makin memburuk.
Banjir Sintang menjadi salah satu contoh terbaru bagaimana kebijakan lingkungan yang salah urus menimbulkan bencana yang berkepanjangan.
Gubernur Sutarmidji tegas menuntut tanggung jawab para pengusaha sawit untuk ikut bertanggung jawab terhadap banjir di Kalimantan Barat. Menurutnya, perkebunan sawit punya andil dalam bencana ini. Alih-alih punya kepedulian, para pengusaha sawit seolah menutup mata.