Barang Titipan
Oleh: Dahlan IskanMungkin hanya dingin. Angin kencang. Saya tidak boleh takut sebagaimana ancaman hujan dan badai di Cikeusik.
Sabar. Kuncinya sabar.
Setelah lima jam bersabar, datanglah juru selamat yang sesungguhnya.
Anak muda. Berwajah Pakistan. Ia membuka laptop dan menyeruput air putih dari botol plastik. Namanya Zahid Raja. Kerja di proyek Neom.
Ia menginterogasi saya: bagaimana bisa tiba di kota yang sedang diaduk-aduk tanahnya ini.
Ia sendiri belum banyak tahu Neom. Baru satu bulan di situ.
Ternyata saya pernah ke kampungnya di Punjab. Itu membuat pembicaraan lebih akrab.
Datang pula seorang muda berwajah Tionghoa. Saya sapa dengan bahasa Mandarin. Ternyata ia dari Hangzhou. Saya sapa lagi pendatang baru. Bule. Dari Jerman.