Bawah Pohon
Oleh Dahlan IskanKamis, 21 November 2019 – 10:40 WIB
Kami juga pamitan ke guru yang sekamar. Mereka heran-heran. Untuk apa membuang tiket yang baru terpakai sepertiganya.
Kami tidak mengaku kepada sang guru siapa kami sebenarnya. Kami mengaku hanya pegawai pabrik percetakan.
Turun dari kereta dingin sekali.
"Ke hotel dulu atau makan mi?" tanya Robert.
"Ke hotel dulu. Hanya untuk taruh tas. Langsung makan mi," jawab saya.
Di hotel itu saya perlu yang lain: bertanya di mana Lanzhou Lamian yang paling enak. Yang terdekat. Sudah lapar. Dan sudah ngiler.
Saya tidak mau bertanya ke sopir taksi. Kapok.
Waktu di Hanoi, Vietnam, saya berbuat salah. Saya bertanya ke sopir taksi di mana pho yang paling enak. Lalu minta diantar ke sana.