Belajar dari Negara Barat yang ‘Bebas’ Bernama Australia
Harus diakui, pendapat tersebut tidak sepenuhnya keliru. Selama setahun tinggal di Melbourne, Australia, tidak jarang saya melihat beberapa orang yang mengekspresikan kasih sayang mereka terhadap pasangan secara bebas di tempat umum.
Suatu pemandangan yang mungkin tidak sering saya jumpai di Indonesia. Bahkan hal tersebut membuat teman saya yang seorang ibu, kebingungan untuk menjelaskan kepada anak-anaknya yang masih kecil ketika mereka bertanya mengapa pasangan-pasangan tersebut melakukannya di depan umum.
Dalam hal gaya berpakaian, orang-orang di Australia juga memiliki toleransi yang cukup tinggi. Pada musim panas seperti sekarang contohnya.
Akan kita jumpai beberapa gaya berpakaian yang sudah biasa bagi orang Australia. Sebaliknya, akan membuat sejumlah orang di Indonesia, terutama yang menganut keyakinan tertentu maupun yang masih menjunjung tinggi adat ketimuran, menggeleng-gelengkan kepala.
Hanya saja, kebebasan di Australia tidak berhenti hanya dibeberapa aspek di atas. Selama di sini saya juga mengamati bahwa Australia termasuk negara yang memberikan kebebasan untuk kelompok yang masih termarginalkan di Indonesia, yaitu orang-orang berkebutuhan khusus.
Fasilitas-fasilitas publik di Australia tidak hanya bisa diakses oleh orang-orang yang memiliki fisik lengkap tetapi juga mempertimbangkan kebutuhan para pengguna kursi kursi roda.
Jalan-jalan di Australia memberikan kemudahan bagi mereka untuk menyeberang jalan maupun menggunakan trotoar seperti para pejalan kaki lain. Bukan suatu pemandangan yang langka melihat para pengguna kursi roda meluncur dengan bebasnya di jalanan tanpa bantuan orang lain.
Salah satu jalanan di Melbourne, Australia yang bisa diakses oleh para pengguna kursi roda. (Foto: Pasiningsih)