Belajar dari Negara Barat yang ‘Bebas’ Bernama Australia
Transportasi umum seperti kereta dan bus di Melbourne juga ramah terhadap para pengguna kursi roda maupun para orang tua yang membawa dorongan bayi/ stroller.
Tempat pintu masuk atau keluar bus biasanya akan otomatis diturunkan oleh sang sopir agar pengguna kursi roda maupun orang tua yang mendorong stroller bisa masuk dan keluar dengan mudah.
Sedangkan di kereta, sang masinis akan turun dari kereta dan memasang papan untuk jalan masuk maupun keluar pengguna kursi roda. Bahkan di jendela-jendela bus maupun kereta, terpasang pengumuman yang memberikan prioritas para penyandang ‘kebutuhan khusus’.
Tanda peringatan di bus untuk memprioritaskan tempat duduk kepada penumpang yang ‘berkebutuhan khusus’. (Foto: Pasiningsih)
Hal yang serupa juga terlihat di beberapa fasilitas publik lain, seperti sekolah, toilet, maupun tempat-tempat wisata. Sehingga, para pengguna kursi rodapun bisa menikmati hal yang sama seperti orang lain dan tidak terkucilkan karena keterbatasan fisik.
Mereka juga bisa lebih mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap orang lain. Hal yang sayangnya kurang menjadi kepedulian dan masih jarang sekali saya jumpai di Indonesia.
Jalur khusus untuk pengguna kursi roda di salah satu museum di Melbourne, Australia. ( Foto: Pasiningsih)
Prasangka negatif terhadap suatu hal akan menjadi penghalang untuk belajar melihat sisi lain yang positif. Beberapa gaya hidup orang Australia mungkin sedikit berbeda dengan yang dipegang oleh sebagian masyarakat Indonesia.