Belajar dari Tragedi Kanjuruhan, Qodari: Revolusi PSSI Dimulai dari Pembenahan Stadion Sepak Bola Indonesia
“Jika banyak stadion yang tidak memenuhi syarat FIFA, misalnya kuno atau stadion lama, solusinya apa? Nah di situ harus ada peran pusat untuk membangun stadion dalam skala besar-besaran,” ujar Qodari.
Agar tragedi Kanjuruhan tidak terulang, menurut Qodari, solusinya adalah merenovasi atau membangun stadion yang aman dan nyaman.
“Jadi, pekerjaan rumah pertama kita di sepak bola itu adalah keselamatan pemain dan penonton. Itu berarti stadion harus memenuhi rasa aman dan nyaman,” kata Qodari.
Kasus Kanjuruhan, kata Qodari, membuktikan kelayakan dari sebuah stadion kurang diperhatikan dengan baik, padahal menyangkut keamanan dan kenyamanan dari jalannya pertandingan.
Qodari mencontohka kabarnya sebagian besar kursi penonton di tribune belum memiliki kursi tunggal atau single seat. Sehingga, jumlah penonton lebih sulit dihitung.
“Keberadaan stadion ini relatif terabaikan, dianggap sambil lalulah, Kanjuruhan juga saya baca, area bukan penonton dijadikan tempat penonton. Jadi, aspek-aspek keselamatan itu tidak boleh dilanggar, tidak bisa dinegosiasi soal keselamatan itu,” tegas Qodari.
Qodari menceritakan pengamalannya ketika berada di Stadion Al Thumama, Doha, salah satu stadion yang digunakan dalam pertandingan antara Maroko kontra Portugal dalam laga perempat final Piala Dunia 2022.
“Pengalaman saya kemarin ke Qatar stadionnya itu indah, bagus, nyaman dan pergerakan penonton itu mengalir. Coba kalau di Indonesia bisa sebagus ini. Tentu tidak harus sebagus stadion piala dunia, tetapi pada dasarnya harus memenuhi syarat aman nyaman,” sambungnya.