Belajar Debat dari Hillary
Oleh Dahlan IskanSungguh satu defensif yang sangat buruk. Tidak ada ketulusan hati sama sekali. Sementara dalam hal e-mail, Hillary dengan tulus mengaku telah berbuat salah, minta maaf, dan akan bertanggung jawab penuh.
Trump yang belakangan mencoba mendekati pemilih kulit hitam dan Latino tersudut dengan telaknya.
Yakni, saat Hillary mengungkapkan kerasialisan Trump di masa muda dan saat Trump tidak ingin orang hitam menjadi pembeli apartemen yang dia bangun.
Trump hanya bisa menyela serangan Hillary itu dengan mendekatkan mulutnya ke mik sambil berucap ”tidak betul, tidak betul”.
Dalam hal body language, Trump juga jauh dari simpatik. Saat Hillary bicara, mulut Trump hampir selalu dalam ekspresi mencibir. Wajahnya juga tidak menunjukkan empati.
Sedangkan Hillary menunjukkan body language yang perfect. Serangan-serangannya kepada Trump diucapkan tanpa nada benci. Hillary juga berhasil tidak terlihat jengkel yang berlebihan saat diserang.
Bahkan ketika serangan itu begitu tidak masuk akal, Hillary hanya bilang pendek: kita semua sudah mendengar apa yang bisa dia ucapkan.
Bahkan di kesempatan yang lain, ketika serangan Trump berlebihan, Hillary hanya seperti menjondil gembira: Wow! Respons seperti itu lebih membuat simpatik pada Hillary. Juga lebih menunjukkan kelas Hillary lebih tinggi.