Berkat Pertanian, Gung Wedha Sukses Jadi Eksportir, Nilai Ekspornya Pernah Hampir Rp 100 Miliar
"Ceko, Rusia, dan China serta Kamboja adalah negara tujuan ekspor kami," ucap Wedha.
Menurut dia, adanya pandemi memberi dampak yang cukup besar bagi usahanya, terutama dalam pengiriman buah segar. Ditutupnya akses penerbangan menyebabkan buah segar sulit untuk diekspor.
"Sejak itu, secara bisnis kami memutuskan PT. BOS mengirimkan produk olahan saja untuk mengurangi risiko dengan kapasitas 3 sampai 5 ton per minggu dengan omzet di kisaran Rp 500 juta rupiah," tutur Wedha.
Tak berhenti di ekspor, sebagai milenial Gung Wedha pun membuat aplikasi BosFresh Apps in Bali, yang dimanfaatkan oleh para petani anggota PMK dan menjadi bagian hulu dalam rantai nilai pertanian.
Dalam aplikasi itu, petani dapat mengisi keterangan tentang komoditas yang ditanam, jadwal tanam, umur tanaman, luas lahan, dan jumlah tanaman. Dengan algoritma yang dikembangkan sendiri oleh Gung Wedha dan timnya, petani kemudian mendapatkan informasi kapan panen, perkiraan jumlah panen, waktu pemupukan, dan lain-lain.
"Petani kami paksa untuk menggunakan teknologi dan mekanisasi, misalnya traktor, irigasi tetes, dan aplikasi. Melalui aplikasi BOSFresh kita melakukan penjualan langsung ke konsumen dengan fair trade," ucap Gung Wedha.
Melalui aplikasi itu, lanjutnya, petani tahu berapa harga produknya dijual karena mereka bisa mengecek secara langsung. Produk-produk BOSFresh juga memiliki standar baku mutu ketat.
"Dengan begitu, produk petani Bali akan berkualitas dan sehat. Jangan hanya terlihat bagus, tetapi beracun karena pakai kimia. Itu kan ngeri sekali," ujar dia.