Bocah-bocah SD Itu Harus Jalan Kaki Dua Jam, Bertemu Ular dan Babi Hutan
"Kalau tidak pakai baju ganti, nanti seragam saya kena getah tumbuhan. Karena saya dan teman-teman jalan kali di semak belukar juga," ucapnya sambil terus berjalan bersama adiknya Wulan Sundari yang baru duduk kelas I SD.
Menurut Idul, lonceng pulang di sekolah berbunyi pukul 13.00. Namun, ia dan adiknya Wulan dan teman-temannya baru sampai di rumahnya masing-masing paling cepat pukul 15.00 hingga pukul 16.00.
"Kalau ada sepeda motor orang ke ladang dan dapat numpang, kami numpang," ucap Idul sambil tersenyum.
Berbagai pengalaman pernah dilalui bocah-bocah kecil ini, saat berjalan kaki di lereng bukit. Mulai dari bertemu ular hingga babi hutan. Namun, itu sudah dianggap hal wajar bagi pelajar ini dan tidak terlalu diambil pusing dan ditakutkan.
Murid lainnya Afdalul Ikhwah, 9, mengaku tak pernah sarapan pagi sebelum ke sekolah. Karena, pada pagi buta, ia sudah berangkat ke sekolah. "Kalau makan dulu, nanti telat sampai di sekolah," ucap murid kelas 2 SD ini.
Hanya jajanan dan pemberian makanan tambahan di sekolah yang membantu fisik Idul dan kawan-kawannya tetap kuat berjalan kaki sekitar 4 jam lebih pulang-pergi dari Kayumanang menuju Sekolah.
Kendati demikian, Idul mengaku tak mau putus sekolah. Dia bertekad untuk terus melanjutkan pendidikannya hingga jenjang SMA. "Saya ingin terus Sekolah, mudah-mudahan nanti ada yang lebih dekat ke Kabupaten Solok. Jadi, kami tak perlu jauh lagi berjalan kaki," harap Idul.
Harapan adanya akses jalan menuju Kayumanang itu juga disampaikan Anto, 42, ayah Idul yang sehari-harinya bekerja sebagai buruh ladang itu. "Kami ingin pula anak-anak kami menjadi perhatian Kabupaten Solok agar pendidikan mereka terus berlanjut, tidak seperti ayah-ibunya yang tak tamat SD ini," katanya.