Brexit Makin Rumit, Theresa May Bersiap Mundur
"Ada area di mana kami memiliki kesamaan di dalamnya. Tapi, ada masalah-masalah lain yang terbukti lebih sulit (diselesaikan)," ujar May.
Para pengamat politik meyakini bahwa May akan memicu pemungutan suara untuk memilih pemimpin baru Partai Konservatif pasca pemungutan suara di parlemen nanti. Entah itu jika RUU Brexit yang diajukan ditolak atau lolos.
Sosok yang terpilih otomatis menjadi PM untuk menggantikan dirinya. Pemilihan itu bakal berlangsung sebelum konverensi Partai Konservatif pada September mendatang. Mantan Menlu Boris Johnson menyatakan akan ikut dalam pemilihan jika memang ada.
"Sulit melihat dia bakal bertahan lebih dari 2-3 pekan dan peluang rencananya disetujui (parlemen) sudah mendekati nol," ujar Tim Bale, profesor ilmu politik di Queen Mary University, London.
Di tempat terpisah, analis dari University of Surrey Simon Usherwood menegaskan, berakhirnya jabatan May bukan berarti akhir kesepakatan Brexit. PM yang baru nanti diwarisi kesepakatan lama. (sha/c5/sof)