BRI Pasang Strategi untuk Menghadapi Krisis Ekonomi Global
jpnn.com, JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) menyiapkan empat strategi untuk memitigasi risiko dari tantangan ekonomi global 2023.
Seperti diketahui bahwa kenaikan inflasi, pengetatan suku bunga acuan bank sentral di berbagai negara, dan perang Rusia dengan Ukraina yang memicu krisis pangan dan energi.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan pihaknya akan mempercepat proses write-offs agar cost recovery meningkat dan coverage ratio yang besar bisa dipertahankan.
Hal itu dilakukan jika ekonomi pulih diiringi peningkatan inflasi dan penurunan kualitas kredit.
"Oleh karenanya BRI menyediakan coverage ratio terhadap NPL yang mencapai 266 persen, angka tersebut lebih dari cukup, maka jika terjadi pemburukan situasi, maka BRI aman, dan nasabah juga aman. Kemudian tumbuh secara selektif, dengan pemantauan kualitas pinjaman yang intensif," katanya dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu.
Di sisi lain, apabila kondisi ekonomi pulih dibarengi inflasi terkendali dan kredit membaik, BRI antara lain akan meningkatkan daya saing produk dan mengendurkan Loan Portofolio Guideline (LPG) sehingga kredit dapat dipacu agar tumbuh lebih cepat.
Namun, jika kondisi ekonomi stagnan, tetapi inflasi tetap terkendali dan kualitas kredit membaik, BRI akan sedikit melonggarkan Loan Portofolio Guideline (LPG), mempertahankan coverage ratio yang tinggi, dan melakukan simulasi stress-test untuk memastikan bisnis BRI aman.
Apabila ekonomi tetap stagnan dengan inflasi yang naik serta kualitas pinjaman memburuk, BRI masih akan tumbuh, tetapi hanya secara terbatas.