Budi Legowo UNS: Metode Simulasi Cocok untuk Integrasi Kurikulum Pengurangan Risiko Bencana
Siswa diajarkan untuk melindungi kepala dan menjauhi kaca saat terjadi gempa untuk menghindari cedera. Dalam keadaan tidak bisa menyelamtkan diri keluar ruang, siswa dilatih untuk mencari tempat berlindung paling aman dalam ruangan. Siswa juga dilatih untuk tidak panik dan keluar ruangan dengan tertib menuju titik kumpul yang sudah disediakan.
“Selama proses demnstrasi dan simulasi terlihat siswa antusias dan dapat mengikuti instruksi dengan baik. Setelah selesai sesi siswa secara mandiri dan berkelompok masih menyenandungkan lagu SIAGA GEMPA. Siswa masih membicarakan tindakan benar dan salah dalam menagani luka bakar yang sering kali mereka alami. Hal baik dalam menumbuhkan karakter siaga bencana ini masih terus perlu ditingkatkan dengan secara periodik melakukan latihan dan simulasi siaga bencana baik dalam kegiatan inta maupun ekstra kurikuler,” papar Budi Legowo.
Berdasar hasil P2M tersebut, Budi Legowo dkk menyimpulkan; pertama, keberdayaan masyarakat (Guru dan Siswa Sekolah Dasar Desa Sambongbangi Kecamatan Karadenan Kabupaten Grobogan masih perlu ditingkatkan.
Kedua, kemampuan integrasi kurikulum pengurangan risiko bencana, utamanya kebakaran, tanah longsor dan gempa masih perlu ditingkatkan.
“Metode simulasi cocok digunakan dalam integrasi kurikulum Pengurangan Risiko Bencana (PRB),” kata Daru Wahyuningsih. (sam/jpnn)