Bukan Pindad! Inilah Kisah Pabrik Senjata Pertama...
"Untuk mengatur tiga pabrik dan bengkel senjata tersebut, Affandi berkedudukan di Blimbing," tulis buku Jejak Intel Jepang.
Anak-anak PAL tidak hanya mengurus alat-alat berat untuk produksi senjata, mereka juga mengurus kapal laut dan peralatannya.
Sewaktu keluar dari Ujung, kapal-kapal didistribusikan ke Probolinggo, Sumenep, dan Banyuwangi. Kalau ada kapal yang rusak di wilayah-wilayah itu, ahli dari PAL dikirim untuk memperbaiki.
Pada 1947, Sukarno datang ke Mojopanggung atas undangan Affandi. Sukarno heran, dalam sekejap telah siap pabrik senjata, tidak hanya bengkel.
Membaca arsip dokumen sejarah PAL, koleksi Dinas Penerangan Angkatan Laut Republik Indonesia, tergambar bahwa Affandi bukan tipikal orang yang tinggi hati, yang ingin mengedepankan perannya di zaman berjuang.
Pada satu bagian, dengan rendah hati Affandi menceritakan, ide mendirikan pabrik senjata itu sebenarnya atas masukan dari Tomegoro Yoshizumi, kepala intel di kantor Laksamana Maeda yang dibaiat menjadi Indonesia dan diberi nama Arif, oleh Tan Malaka.
(baca: Sejarah Monumen Soekarno di Pusat Kota Jepang)
“Saya punya orang pintar. Seorang opsir tinggi Jepang yang ikut sama saya. Dia yang memberi masukan kepada saya dalam perjuangan. Termasuk letak pabrik-pabrik yang tidak dapat dikuasai musuh. Pendapat Jepang itu betul. Lama kita dapat bertahan,” kata Affandi.