Buku Komunisme Dirazia, Adian Napitupulu: Baca Saja, Biar Dia Mikir Sendiri
jpnn.com, DENPASAR - Politikus PDI Perjuangan Adian Napitupulu menganggap pihak-pihak yang merazia buku-buku kiri bagian dari tragedi sosial.
Menurut Adian, razia yang dilakukan oleh Brigade Muslim Indonesia di Makassar yang turut mengambil buku tulisan Romo Franz Magnis Suseno, tidak mengerti soal literasi.
"Menjadi suatu tragedi, ya, orang bilang bahwa lawanlah buku dengan buku. Lawanlah tulisan dengan tulisan. Lawanlah kata dengan kata. Zaman Orde Baru, kata dilawan dengan senjata. Nah, ini yang menurut saya harus dicermati dengan baik-baik," kata Adian dalam diskusi bertajuk Demokrasi Arus Bawah di Sanur, Kamis (9/8).
Menurut Adian, buku Romo Magnis justru isinya mengkritisi Marxisme, Marxisme-Leninisme. Namun, perilaku ormas itu justru menyedihkan karena hanya menghakimi lewat sampul.
"Saya kan antikomunis, kok diambil juga buku saya, katanya (Romo Magnis) begitu. Cuma gara-gara di depannya ada gambar Karl Marx, dia melakukan kajian terhadap Marxisme dan sebagainya. Dibuka gambar bukunya itu ada wajah Karl Marx, padahal isinya menolak komunis, diambil juga karena orang enggak baca bukunya, enggak baca isinya, dilihat fotonya doang," kata Adian.
BACA JUGA: Gejolak di Internal Koalisi Pendukung Jokowi Makin Kentara
Aktivis era 1998 ini juga melihat konsep komunisme sudah tidak relevan di dunia ini. Bahkan, dari 39 negara yang menerapkan ideologi tersebut, saat ini sudah tidak ada lagi.
Dia mencontohkan Uni Soviet sudah bubar, lalu Tiongkok juga tidak melaksanakan paham komunisme itu dalam bernegara. "Tiongkok itu kan menentang kapitalisme. Tapi sekarang lihat Tiongkok di mana-mana ekspansi. Ini kan berarti sepakat dengan menanamkan modal di mana-mana," kata Adian.