Bupati Anas Kejar Target 200 Hektare Sawah Padi Organik
Anas pun menyadari bahwa mekanisasi pertanian ini di satu sisi menguntungkan, namun juga menimbulkan tantangan lain, yaitu penyerapan tenaga kerja yang minim.
"Salah satu solusinya adalah mengembangkan agrowisata. Seperti peluang membuka usaha kuliner organik di sekitar lokasi wisata atau mengajak wisatawan terjun ke sawah seperti yang sudah dilakukan beberapa kelompok di Banyuwangi," kata Anas.
Salah satu kelompok tani yang mengembangkan beras organik adalah Kelompok Tani Ketangi Santoso. Ketua kelompok tani tersebut, Mawardi mengatakan, pengembangan padi organik cukup mudah dilakukan jika dibandingkan dengan non-organik. Mawardi bersama 6 petani lain mulai beralih ke organik sejak 1,5 tahun setelah mendengar keunggulan pertanian organik.
"Biaya produksinya untuk organik ini tidak mahal. Kami saat ini pake bibit jenis baru, M400, perbatang bisa mencapai 400 bulir. Hasil panen kami juga dihargai 30 persen lebih mahal dibanding non organik. Jadi sangat menguntungkan," papar Mawardi.
Dia menambahkan ini merupakan pertama kalinya panen bibit jenis M400. Dengan menggunakan bibit ini, satu hektare bisa menghasilkan 7,7 ton. Bahkan apabila dalam kondisi iklim yang normal bisa mencapai 12 ton. Sehingga bagi petani lebih menguntungkan.
"Kami ingin menjadi desa organik. Sekarang memang baru 20 hektar yang tergabung, namun saya akan terus mengajak petani lain untuk mengembangkan," pungkas Mawardi. (adk/jpnn)