Bupati Pengatur Negara
Dan Enthus sangat bangga dengan kemampuannya itu. Dengan sabetannya. Di adegan perangnya.
Yang juga saya kagumi. Kadang muncul kegilaannya: ia berdiri, berperang dengan wayangnya sendiri.
Enthus lebih dari sekedar dalang. Ia seniman. Dengan kreativitasnya. Dengan kebebasannya. Dengan daya ciptanya.
Ia ciptakan wayang-wayang baru: Wayang Gus Dur, wayang George Bush, wayang Usamah bin Laden dan wayang yang jadi idola orang tegal: Si Lupit. Si Lupit mewakili karakter orang Tegal. Ceplas-ceplos, kasar, bego-pintar, polos dan apa adanya.
Lewat wayang Si Lupit itulah Enthus bisa mengkritik siapa saja. Dengan kejamnya, dengan sinisnya dan dengan lucunya.
Ia ciptakan lagu-lagu. Gending-gending. Dia ajari sinden bagaimana harus menyanyikannya. Ia ciptakan seragam wiyogo: penabuh gamelan. Mirip pakaian para wali.
Dan Enthus sangat menguasai masalah agama. Dia demonstrasikan itu dalam wejangan-wejangan filsafatnya. Tidak mungkin dilakukan dalang lain. Terlalu sensitif. Enthus juga sangat bangga dengan ke-Ansor-annya, keahlisunnahwaljamaahnya.
Dan Enthus bisa mendalang wayang Sunda. Wayang golek. Dengan sempurnanya. Tidak dimiliki dalang lainnya di seluruh dunia.