Cacing Pita 2,8 Meter Ditemukan dari Perut Warga Simalungun
Dekan Fakultas Kedukoteran UISU, dr Abdul Haris Pane SpOG mengaku sangat mendukung dan sudah melaporkan rencana penelitian ini. Dikatakannya, itu merupakan tugas wajib institusi sebagai pengabdian kepada masyarakat.
Bahkan, diakuinya untuk penelitian itu, pihaknya sudah menandatangani MoU dengan Dinas Kesehatan Simalungun.
Namun diakuinya, jika saat ini pihaknya tidak memiliki peralatan laboratorium canggih karena milik mereka yang merupakan hadiah dari Kementerian Kesehatan, sedang rusak.
“Peralatan laboratoium standard kita ada. Namun untuk yang sifatnya lebih canggih, dulu kita ada, kebetulah itu hadiah dari Kementerian Kesehatan, namun kemarin rusak. Kita akan laporkan. Makanya kemarin, sampelnya kita kirim ke Udayana Bali,” ujarnya.
Kasi P2PM Dinkes Sumut, dr Yulia Mariani MKes yang hadir dalam seminar itu mengatakan, pihaknya juga mendukung penelitian itu karena dilakukan ahlinya. Untuk itu, pihaknya harus koordinasi dengan pusat untuk pengobatan.
Dikatakannya, selama ini tidak dianggarkan obat taeniasis ke Sumatera Utara karena tidak pernah ditemukan dan paling sering ditemukan di daerah Sulawesi.
“Sudah ada penemuan ini, sudah bisa kita menganggarkan dengan obat. Jadi tidak ada lagi terkendala untuk pengobatan untuk cacing pita. Selain itu, kita akan mintakan nanti Dinas Peternakan juga karena ini berkaitan dengan hewan, untuk ditinjau mulai dari kebersihan sampai layak atau tidak dikonsumsi,” ujar dr Yulia.
Selain itu, Yulia juga mengimbau masyarakat Desa Nagari Dolok, Silau Kahaean, Simalungun untuk menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan.