Cawapres Kunci Kemenangan Pemilihan Presiden 2024
Oleh Pangi Syarwi Chaniago - Analis Politik Sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and ConsultingCalon wakil presiden yang memiliki basis elektoral yang kuat atau memiliki jaringan politik yang luas dapat membantu pasangan calon untuk memenangkan dukungan dari partai politik atau koalisi politik yang sebelumnya tidak mendukung yang pada akhirnya akan mempengaruhi format koalisi dan partai partai politik yang tergabung dalam koalisi untuk membentuk koalisi yang stabil dan solid.
Memilih calon Wakil Presiden yang dapat menjaga stabilitas politik dan meredam potensi konflik di dalam pemerintahan dapat memberikan keyakinan kepada pemilih bahwa pasangan tersebut mampu menghadapi tantangan dan dinamika politik dengan baik.
Salah satu contoh, bagaimana JK sebagai wapres waktu itu bisa menarik Golkar ke gerbong koalisi pemerintah, sehingga tercipta stabilitas politik dalam koalisi.
Namun alasan capres digandeng ada kebutuhan lain, tergantung kebutuhan user capresnya, seperti pertama; representasi basis segmen pemilih yang tidak beririsan alias tidak sama dengan capresnya.
Kedua, irisan representasi wilayah misalnya Jawa-Non Jawa. Menjaga keseimbangan regional dalam konteks Indonesia yang memiliki keberagaman regional, memilih calon Wakil Presiden dari wilayah yang berbeda dengan calon presiden dapat membantu menjaga keseimbangan dukungan dari berbagai daerah.
Ketiga, kebutuhan cawapres dalam konteks blok ideologis, cawapres digandeng ada kebutuhan lain karena mengentalnya blok ideologis polarisasi isu dan menguatkan politik identitas sehingga muncul capres cawapres representasi kombinasi nasionalis-religius dalam kasus Jokowi-Ma’ruf.
Model cawapres kebutuhan lain misalnya sipil-militer, cawapres dari kluster kepala daerah, dari menteri dan dari ketum partai.
Keempat, cawapres representasi kebutuhan pemilih Gen Z dan Milenial. Sebab bagaimana pun generasi milenial cukup besar dan potensial pemilihnya, bahkan mendekati angka 60 persen, pemilih ini masuk pada kategorisasi pemilih rational dan psikologis, memperhatikan rekam jejak kandidat, kompetensi, kapasitas, integritas dan jam terbang serta pengalaman dari capres-cawapresnya.