Cendol Hu
Bukan hanya ke makam itu yang penting, tetapi rapat pesantren setelah itu. Yakni untuk membicarakan siapa kiai baru yang akan menggantikan posisi Gus Amik.
Leluhur kami mewariskan Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM) yang kini membawahkan 120 madrasah di 8 kabupaten sekitar Magetan, di Blora dan di Ciamis.
Pemikiran dari saya paling ditunggu di rapat itu. Terutama karena saya tidak bersedia menjadi pengganti Gus Amik.
Ayah saya berpesan: saya harus mengabdi dan menghormati guru, sampai pun ke anak cucunya. Kalau saya jadi kiai di situ, berarti saya tidak memegang pesan orang tua.
Ayah saya memang penganut tarekat satariyah. Sang guru adalah mursyid (pemimpin spiritual) satariyah.
Di umur 15 tahun pun saya sudah dibaiat untuk ikut menapaki jalan spiritual itu; yakni mencari "sangkan-paraning-dumadi" lewat zikir 'hu' yang dicaci maki banyak ustaz masa kini, tetapi dibela dengan baik oleh ulama seperti Gus Baha' –lewat YouTube-nya yang sangat populer itu.
Hidup ini dari mana dan hendak ke mana.
Saya sempat bersama Gus Amik keliling Jawa Barat. Ke Pamijahan. Ke Panjalu. Ke Buntet. Ke Benda. Mendalami asal usul aliran tarekat yang sangat dekat dengan kebatinan Jawa ini.