Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Cendol Hu

Rabu, 13 Januari 2021 – 05:50 WIB
Cendol Hu - JPNN.COM
Dahlan Iskan di ruang perawatan pasien Covid-19 di sebuah rumah sakit di Surabaya. Foto: disway.id

Saya juga bertemu seorang doktor yang disertasinya tentang satariyah. Saya pun tahu: Islam mulai mengalami benturan spiritual setelah melebar ke wilayah non-Arab.

Misalnya ketika Islam melebar ke Parsi –yang merasa peradabannya lebih tinggi dari Arab.

Lebih utama lagi ketika Islam  melebar sampai ke India –yang di zaman itu jauh lebih kaya dari negara-negara Arab –yang belum menemukan minyak bumi. India juga merasa mempunyai peradaban lebih tinggi dari Arab.

Maka jemaah haji dari India (waktu itu Pakistan masih di dalam India) begitu 'menguasai' Makkah. Dan Madinah. Dengan filsafat pemikiran yang berbeda dengan yang di Arab. Juga dengan harga diri yang tidak  kalah tinggi.

Maka terjadilah benturan pemikiran filsafat keagamaan. Antara Arab dan non-Arab. Satariyah adalah salah satu hasil dari benturan-benturan pemikiran itu.

Gus Amik punya dua anak laki-laki. Yang pertama berkarier di perusahaan besar.

Yang kedua baru lulus fakultas hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Jogjakarta. Kebetulan yang kedua itu pendidikan agamanya ibtidaiah, sanawiah, dan aliah.

Maka saya ajukan ia menjadi pengganti ayahnya. Saya juga minta agar ia melanjutkan S-2 di India. Agar meraih gelar master di salah satu universitas Islam tertua di dunia: Aligarh University. Tidak jauh dari Taj Mahal, Agra. Kebetulan saya punya teman aktivis muslim di Agra.

Saya memang salah. Saya ke luar kota hari itu: Kamis minggu lalu. Rasanya saat itulah saya terpapar Covid-19.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close