Cendol Hu
Saya juga bertemu seorang doktor yang disertasinya tentang satariyah. Saya pun tahu: Islam mulai mengalami benturan spiritual setelah melebar ke wilayah non-Arab.
Misalnya ketika Islam melebar ke Parsi –yang merasa peradabannya lebih tinggi dari Arab.
Lebih utama lagi ketika Islam melebar sampai ke India –yang di zaman itu jauh lebih kaya dari negara-negara Arab –yang belum menemukan minyak bumi. India juga merasa mempunyai peradaban lebih tinggi dari Arab.
Maka jemaah haji dari India (waktu itu Pakistan masih di dalam India) begitu 'menguasai' Makkah. Dan Madinah. Dengan filsafat pemikiran yang berbeda dengan yang di Arab. Juga dengan harga diri yang tidak kalah tinggi.
Maka terjadilah benturan pemikiran filsafat keagamaan. Antara Arab dan non-Arab. Satariyah adalah salah satu hasil dari benturan-benturan pemikiran itu.
Gus Amik punya dua anak laki-laki. Yang pertama berkarier di perusahaan besar.
Yang kedua baru lulus fakultas hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Jogjakarta. Kebetulan yang kedua itu pendidikan agamanya ibtidaiah, sanawiah, dan aliah.
Maka saya ajukan ia menjadi pengganti ayahnya. Saya juga minta agar ia melanjutkan S-2 di India. Agar meraih gelar master di salah satu universitas Islam tertua di dunia: Aligarh University. Tidak jauh dari Taj Mahal, Agra. Kebetulan saya punya teman aktivis muslim di Agra.