Cerita Mbah Rono, Pak SBY pun Tak Berani Intervensi
Dosen kelahiran Subang, 12 Januari 1980, itu berharap semakin banyak program pendidikan dan penelitian terkait gunung api. Dengan begitu, sumber daya manusia (SDM) yang membidangi soal vulkanologi terus bertambah.
Menurut Asep, yang menjadi tantangan mencetak ahli vulkanologi itu adalah ilmunya yang sangat kompleks. Melibatkan banyak disiplin ilmu. Contohnya, geofisika yang terkait dengan keahlian seismologi dan gas.
’’Saya sendiri spesifiknya remote sensing (pengindraan jarak jauh, Red),’’ paparnya Jumat (29/12). Dari keahlian pengindraan jarak jauh itu, Asep bisa meneliti karakteristik gunung api berbekal foto-foto satelit.
Sampai saat ini di kampusnya belum ada prodi yang spesifik mempelajari vulkanologi. Namun, dia tidak khawatir karena di kampus ada kelompok keahlian yang keroyokan meneliti sesuai peminatan.
Misalnya, kelompok keahlian petrologi, vulkanologi, dan geokimia yang diikuti Asep fokus meneliti soal gunung api. ’’Anggotanya delapan orang,’’ jelasnya.
Kelompok keahlian vulkanologi itu sudah banyak menghasilkan riset tentang gunung api.
Dalam perjalanannya, kelompok penelitian vulkanologi tersebut tidak hanya menarik minat para dosen. Tetapi, juga sampai mahasiswa. Khususnya mahasiswa yang sedang menempuh program magister (S-2).
Di antara sekian banyak penelitian yang dia lakukan, lulusan S-2 dan S-3 dari Kumamoto University, Jepang, itu mengaku terkesan dengan riset Gunung Merapi 2010. Dia mengatakan, gunung berapi itu cukup unik karena memiliki karakteristik yang berbeda-beda.