Cerita Saksi Mata Tentang Kekejaman Tiongkok di Kamp Uighur, Mengenaskan
Padahal, makanannya tak enak. Yaitu, hanya sesendok besar bubur nasi ditambah sepotong roti. Di pihak lain, mereka yang membangkang bakal disiksa. Kadang mereka dibawa ke luar kamar dan kembali dalam kondisi linglung.
Beberapa staf yang lain mengungkapkan kepada Sauytbay bahwa tahanan yang memberontak itu sudah disuntik obat. Tidak diketahui apakah itu hanya obat penenang atau ada kandungan lainnya.
Saat malam tahanan tidur dengan kondisi berdempet-dempetan dalam satu sel. Kamar mandi dan tempat tidur sel dijadikan satu. Toiletnya hanya berupa ember yang diberi dudukan kayu.
Jika ember itu penuh, mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Buang air di tempat lain juga tak boleh. Mereka harus menuntaskan hajatnya di depan tahanan lainnya. "Ini adalah cara fasis menyiksa orang di abad ke-21," tegas Sauytbay.
BACA JUGA: Abaikan Penderitaan Muslim Uighur, MBS Dukung Program Deradikalisasi Tiongkok
Beberapa tahanan perempuan diduga mengalami pelecehan seksual. Perempuan-perempuan yang masih muda dan belum menikah biasanya dibawa dari selnya. Mereka rata-rata berusia 20 tahun. Mereka dikembalikan ke selnya di tengah malam dengan kondisi mengenaskan.
"Saya rasa mereka melakukan segala jenis penyiksaan dan pelecehan seksual kepadanya," terang Sauytbay.
Selama ini Tiongkok bersikukuh bahwa yang mereka bangun bukanlah kamp penyiksaan. Melainkan, sekolah vokasi atau sekolah kejuruan yang memberikan beragam keterampilan. Tapi, kenyataan di lapangan tidak demikian. "Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri," tegas Sauytbay.