Cetak Uang
Oleh Dahlan Iskanjpnn.com - Saya tidak bisa membayangkan betapa sulitnya posisi Presiden Jokowi saat ini: cetak uang seperti yang diinginkan DPR? Atau terbitan obligasi seperti yang diinginkan Menteri Keuangan Sri Mulyani?
Itulah dua pilihan yang tidak sederhana. Itu sudah menyangkut mazhab dalam ilmu ekonomi. Itu sudah bukan masalah furu'iyah. Itu sudah menyangkut akidah ekonomi.
Perdebatan soal itu memerlukan pemikiran tingkat guru besar ekonomi. Tidak boleh lagi hanya berdasar emosional, solidarity, ataupun logika dangkal.
Kelihatannya Presiden Jokowi membiarkan dulu perdebatan antara dua kubu itu. Namun di ujungnya nanti presiden pasti akan membuat putusan. Untuk mengatasi krisis ekonomi pasca-pandemi Covid-19 ini.
Bisa saja Presiden akhirnya memilih cetak uang. Itu berarti Presiden memenangkan kelompok politik.
DPR kini sudah dikuasai mazhab cetak uang. Bahkan DPR sudah memutuskan harus cetak uang. Tekanan politik akan sangat kuat untuk itu.
Bisa juga Presiden memutuskan pilih mengeluarkan obligasi. Lebih baik menambah utang. Berarti memenangkan kelompok teknokrat ekonomi. Yang di dalamnya dikomandani oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.
Pilihan yang mana pun tidak masalah. Sepanjang pihak yang dikalahkan tidak bereaksi negatif. Maka presiden akan menghitung dengan cermat reaksi negatif itu.