Cetak Uang
Oleh Dahlan IskanKalau Presiden memilih obligasi (utang), berarti memenangkan mazhab teknokrat. Alias mengalahkan mazhab politik.
Akankah itu ada risiko politik? Yang sampai membuat koalisi ambyar? Yang membuat bojo anyar seperti Golkar ngambek?
Sebaliknya kalau Presiden memilih memutuskan cetak uang, berarti memenangkan kelompok politik --teknokrat dikalahkan. Adakah risikonya?
Bisa jadi kepercayaan dunia atas Indonesia merosot. Bahkan bisa saja menteri keuangan memilih berhenti.
Rasanya teknokrat sekelas Sri Mulyani tidak akan mau mempertaruhkan reputasinyi. Dia tidak akan mau menerima ide seperti cetak uang.
Baginyi itu sudah seperti murtad. Cetak uang tidak ada dalam ”rukun iman” mazhab ilmu ekonomi yang dianutnyi.
Jangan-jangan Presiden akhirnya memutuskan memilih jalan aman. Yakni pilihan nomor 3: tidak memutuskan apa-apa.
Tidak memutuskan apa-apa berarti tidak berbuat apa-apa. Lantas dari mana negara mendapat uang untuk membangun kembali ekonomi?