Cinta Ditolak Putri Pak Camat, Pria Mualaf Menikahi Gadis Buta Lumpuh
“Mengapa kau menolak pinangannya? Dia pria yang baik, santun, dan sudah menjadi mualaf. Kau pun dari keluarga yang baik, saleha dan cantik. Mengapa menolak begitu saja,” ucap Ansarullah dengan pertanyaan yang seakan tidak habis kepada putrinya.
“Ayah, aku punya alasannya,” sanggah Khadijah dan menjelaskan secara panjang lebar mengapa dia menolak Herman, hingga akhirnya Ansarullah paham dan menerima keputusan putrinya.
Keesokan harinya, Khadijah mengajak Herman bertemu usai menunaikan shalat Zhuhur di masjid bersejarah di Kaltim tersebut.
“Maafkan aku Herman. Kau pria yang sempurna dan pantas mendapatkan pendamping yang sempurna juga. Aku belum memiliki keimanan yang tinggi seperti yang engkau mau,” jelas Khadijah.
“Apa yang kurang darimu Khadijah. Kau cantik, saleha, dan santun. Tidak ada satu gadis pun yang aku lihat memiliki keimanan sempurna sepertimu,” protes Herman dengan penuh keheranan.
“Tidak Herman. Aku belum layak seperti yang kamu bilang. Aku juga perlu banyak belajar mengenai agama. Tapi ada yang lebih pantas dariku, dia sahabatku. Memiliki keimanan yang begitu sempurna. Dia buta, tuli, bisu, dan lumpuh. Pinanglah dia wahai sahabatku. Jika memang engkau tidak memandang fisik,” ucap Khadijah dengan tatapan serius.
Herman sempat terperangah mendengar permohonan sahabat cantiknya tersebut. Bahkan dia sempat berfikir tidak sanggup jika harus hidup bersama dengan wanita yang cacat meski memiliki keimanan yang sungguh.
“Demi aku Herman. Aku berani jamin dia akan bisa mendukung hari-harimu dalam mencari kebenaran ajaran Islam yang sesungguhnya,” ulang Khadijah.