Cinta & Dudung
Oleh: Dhimam Abror DjuraidMenteri Yaqut termasuk salah satu di antaranya. Dalam unggahan di medsos Yaqut mengaku terharu, dan bahkan sampai mau menangis. ‘’Namun, malu sama istri,’’ kata Menteri Yaqut.
Dalam pidatonya Cinta mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang terbatas (finite), dan Tuhan bersifat tidak terbatas (infinite). Karena keterbatasan itu, manusia tidak mungkin bisa memahami Tuhan yang tidak terbatas.
Namun, kata Cinta, sekarang justru banyak manusia-manusia yang merasa paling tahu soal Tuhan. Manusia merasa paling dekat dan paling benar dalam memahami keinginan Tuhan. Karena itu kemudian muncul cara beragama yang radikal.
"Orang-orang terjebak dalam cara berpikir di mana mereka memanusiakan Tuhan. Mereka merasa memiliki hak mendikte kemauan Tuhan, tahu pemikiran Tuhan, dan berhak bertindak atas nama Tuhan, yang akhirnya seringkali berubah menjadi sifat radikal’’. Begitu potongan pidato yang dibaca Cinta.
"Fungsi agama satu, yaitu membimbing kompas moral manusia. Mengingatkan manusia untuk memperlakukan satu sama lain dengan hormat. Sampai detik ini semua masih sering berkelahi dan menjatuhkan satu sama lain, hanya karena perbedaan ras, suku, dan terutama agama’’ kata Cinta.
Entah ungkapan ini dia kutip dari siapa. Mungkin dia pernah membaca pemikir Yahudi radikal Yuval Noah Harari yang menulis buku laris ‘’Homo Sapien’’.
Namun, sepertinya kutipan Cinta Laura itu lebih mirip dengan kutipan Panglima Kostrad Letjen Dudung Abdurrahman.
Cinta dan Dudung, mungkin, tidak saling kenal. Namun, pesannya soal beragama ternyata sama saja. Dudung mengatakan semua agama sama di mata Tuhan. Pernyataan ini memantik polemik dan kontroversi.