D-Day
Ketika invasi ke Normandia dirancang, situasi di Prancis sedang kacau. Jendral Charles de Gaulle, yang menentang kehadiran pasukan Jerman di negaranya, melarikan diri ke London dan membentuk pemerintahan eksil.
Sedangkan di Prancis sendiri terbentuk pemerintahan Republik Vichy yang menandatangani kesepakatan gencatan senjara dengan Nazi. Kebanyakan negara Eropa ketika itu mengakui rezim Vichy.
Pimpinan Inggris Winston Churchill dan President AS Franklin D. Roosevelt sebenarnya skeptis pada de Gaulle, dan tidak merasa perlu memberitahu soal rencana penyerbuan itu.
Mereka juga khawatir rencana itu bisa bocor ke pihak Jerman. Namun, Winston Churchill akhirnya memutuskan untuk menginformasikan rencana itu kepada de Gaulle hanya beberapa hari sebelum serangan berlangsung. De Gaulle kecewa oleh sikap Inggris dan AS itu.
Pada perayaan 20 tahun D-Day Mei 1964, Charles de Gaulle sebagai Presiden Prancis menolak hadir dan menyatakan hanya akan menghadiri peringatan pada Agustus 1964 untuk pasukan Prancis.
Tentara Prancis memang baru terlibat operasi pendaratan di Normandia pada Agustus 1944. Meski demikian, operasi D-Day, yang dalam Bahasa Prancis disebut sebagai "Jour-J" tetap dikenang sebagai peristiwa pembebasan paling penting.
Di Jerman, peristiwa D-Day tidak banyak dibahas di sekolah-sekolah. Kebanyakan generasi muda Jerman tidak banyak yang tertarik mempelajari D-Day karena dianggap sebagi bagian dari sejarah yang gelap.
Jerman lebih sering memperingati Hari Kapitulasi 8 Mei 1945 sebagai hari bebasnya Jerman dari cengkeraman Hitler dan rezim Nazi. Puluhan tahun setelah itu, peringatan D-Day sekarang biasa dilakukan bersama-sama.