Dari Mengolah Empon-Empon, Via Bisa Menghasilkan Cuan
“Untuk jahe instan dan kencur instan dibanderol harga Rp 25.000 pada kemasan 250 gram, sedangkan untuk kunyit dan temulawak dibanderol dengan harga Rp 20.000 pada kemasan 250 gram.
Sebagai sampel atau contoh, dia tempatkan produknya di etalase kantor desa, di etalase Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kalipare, di etalase kantor kecamatan dan di banyak tempat yang sekiranya orang banyak melihat.
Strategi awal cukup berhasil dan mendapat respons yang sangat positif dari banyak orang yang melihat. Walhasil beberapa orang tentu langsung ingin mencoba sensasi minum jahe instan produk dari Desa Sukowilangun ini.
"Kini melalui media social saya mampu membantu perekonomian keluarga dengan menghasilkan uang,” ujar Via.
Untuk omzet sekitar 60 persen dia peroleh dari produk jahe instan. Ke depan, Via sangat ingin menjadi seorang ‘ahli jahe instan’. Ini memang satu keharusan dan seperti panggilan profesi. Untuk budi daya seperti jahe merah yang dibuatnya menjadi jahe instan memang belum menjadi prioritasnya tahun ini.
Prioritas utamanya adalah mendalami keilmuwan dari proses pasca panen, pengolahan, manfaat bagi kesehatan dan bagaimana usahanya berkembang dan berkembang.
Motivasi itu sangat kuat dan alhamdulillah sudah berada pada jalur yang benar. Seiring pandemi yang mulai mereda, dan semangat besar yang makin membara menjadikan Via sangat optimis bahwa usahanya akan makin maju.
Keberhasilan Via dalam mengolah usahanya terlepas dari peran pemerintah baik daerah maupun pusat. Menjadi salah salah satu penerima manfaat program YESS, Via mendapatkan berbagai pelatihan yang menjadi modal ia untuk mengembangkan usahanya selain modal materi.