Darurat! Ada Pecandu Narkoba di Hampir Semua Sekolah
"Kalau SMA, biasanya sudah tahap menemukan jati diri. Anak SMP secara psikologis sudah merasa besar karena tubuhnya sudah besar. Tapi, dari segi kematangan berpikir, belum. Masih suka ikut-ikutan," ungkapnya.
Parahnya, menurut dia, pihak sekolah cenderung menutupi jika ada siswanya yang menjadi pecandu narkoba.
Situasi itu cukup menyulitkan BNNK. Pihak sekolah baru akan terbuka jika siswa yang menjadi pecandu sudah tidak dapat dibina.
"Sekolah kalau sudah angkat tangan, baru laporan. Biasanya yang sudah kebangetan anaknya. Kami baru bisa merazia kalau ada permintaan tes urine di sekolah-sekolah," terang Suparti.
Dia mengatakan, dari hasil assessment diketahui, para pelajar mulai mengenal narkoba dari mengonsumsi pil koplo.
Setelah itu, levelnya meningkat, menjadi mengonsumsi sabu-sabu. "Hampir di setiap sekolah ada pengedarnya. Pertama, diajak nongkrong, diajak cicipin free. Kalau sudah cocok, baru bayar," terang dia.
Harga sabu-sabu kini juga semakin terjangkau oleh anak-anak. Para bandar yang juga pelajar sudah menyiapkan paket hemat untuk segmen tersebut.
Paket kecil itu dijual seharga Rp 100 ribu sampai Rp 150 ribu. Pelajar lalu membelinya dengan cara iuran.