Delpas Band, Bukti Bebasnya Kreativitas Para Penghuni Penjara
Ciptakan Sepuluh Lagu, Siap Masuk Dapur RekamanMakin lama, jumlah mereka makin bertambah. ”Inilah fungsinya, sebagai sarana hiburan penghuni. Kalau mendatangkan band dari luar, kan mahal. Ini band milik sendiri,” lanjut Krismono.
Meski tidak semua personel mengenyam pendidikan musik secara khusus, kemampuan memainkan alat dan olah vokal mereka tidak kalah dengan band lainnya. Saat tampil, para personel juga tidak minder. Mereka tidak malu meski menyandang predikat sebagai pelaku tindak pidana.
Sebaliknya, mereka selalu tampil percaya diri dan menawan. Bahkan, dengan pengalaman nge-drum yang cukup lama, David sering memainkan stik dengan diputar layaknya drumer kenamaan. ”Sebelum masuk sini, sering manggung ke berbagai kafe di Bali,” kata David. Hampir satu dekade dia terjun di dunia musik.
Dia mulai tidak bisa berdekatan dengan drum saat masuk penjara setahun silam. David pun merasa kehilangan. Rasa rindu memukul stik drum terusik. Beruntung, pihak lapas tahu yang dibutuhkan David.
Bermain musik lagi meski berada di bui merupakan kenyataan yang berawal dari mimpi. Meski alat musik yang tersedia seadanya, petugas dan David mencari penghuni yang memiliki satu misi.
Hingga akhirnya bergabunglah Argo, Nizar, Ario dan Amed. Maka, terbentuklah Delpas Band sekitar empat bulan lalu. Meski baru seumur jagung, karya mereka sudah melambung. Sepuluh lagu diciptakan. Mereka membuat aransemen dan lirik sendiri.
”Inspirasinya ya pengalaman pribadi dan kehidupan di dalam penjara ini,” lanjut David yang divonis pidana penjara dua tahun.
Misalnya, lagu Hilang yang dilatarbelakangi kisah para napi yang ketergantungan obat terlarang. Gara-gara akrab dengan narkoba, mereka kehilangan masa depan. Tidak lagi bisa menikmati kemerdekaan sampai harus mendekam lama dalam tahanan. Namun, melalui lagu tersebut, David dan rekan juga berpesan agar para penghuni penjara tidak hilang semangat.