Deng Xiaoping: Reformasi dan Pembebasan Pikiran Tiongkok
Oleh Odemus Bei Witono - Mahasiswa Doktoral Filsafat STF DriyarkaraDeng (1978) mengingatkan kader partai agar pembebasan pikiran melalui (1) pembebasan relasi produksi; (2) pembebasan kekuatan produksi dilakukan dengan menggunakan pemikiran mencari kebenaran dari fakta-fakta, dan bersatu dalam merencanakan masa depan.
Hanya dengan cara ini para kader dapat menemukan solusi yang tepat untuk masalah-masalah yang timbul dan yang telah diwariskan. Dengan emansipasi pikiran, para kader dapat mereformasi aspek-aspek hubungan produksi dan struktur sosial yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip yang benar.
Upaya dan strategi Deng dalam mereformasi negara dilanjutkan oleh para pimpinan PKT, dan kepala pemerintahan di Tiongkok.
Perkembangan Tiongkok sungguh luar biasa. Kalau orang sepintas berkunjung ke Tiongkok sekarang untuk beberapa hari, bisa keliru menganalisis, dan mengatakan bahwa Tiongkok sudah sepenuhnya menjadi negara kapitalis.
Padahal tidak. Tiongkok bukan negara kapitalis, melainkan sosialis yang menggunakan ekonomi, sains & teknologi, dan manajemen.
Mekanisme pasar/kapitalisme hanya dilihat sebagai alat untuk mencapai tujuan. Indikasi kuat yang menunjukkan Tiongkok masih sosialis adalah sebagai berikut: adanya kendali absolut PKT atas negara, angkatan bersenjata dan masyarakat; dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menguasai sektor-sektor strategis (91 dari 117 perusahaan terbesar di Tiongkok adalah BUMN, Fortune Global, 2020).
Dalam analisis Mitter, Rana & Johnson, Elsbeth (2021) PKT sejak 1949 telah menjadi pusat institusi, masyarakat, dan pengalaman sehari-hari yang membentuk masyarakat Tiongkok.
PKT menekankan kesinambungan sejarah Tiongkok dan pemikiran Marxis-Leninisme, termasuk semua yang tersirat di dalamnya kepada seluruh kader.