Devi si Juara Dunia Hapkido Menangis, Semoga jadi Tentara
Devi merupakan putri sulung dari dua saudara. Ia lahir dari keluarga yang sederhana. Agar adiknya bisa terus sekolah, Devi terus berjuang. “Dulunya saya seperti tidak dianggap. Tapi karena ada kemauan. Hingga saya disambut seperti ini,” ucap Devi sembari menyeka air mata.
Menjadi juara dunia seperti dirinya, butuh perjuangan yang sangat berat. Tetapi tidak harus kecil hati. Dengan kepercayaan diri, dia lebih semangat dan akhirnya mewakil Indonesia.
“Saya tidak percaya. Ini rasa mimpi. Saya minta dengan adik-adik, jangan berkecil hati, kita harus coba. Tuhan maha adil,” tuturnya.
Dijelaskan Devi, hingga bisa mengikuti kejuaraan Hapkido dunia, atas dukungan pelatihnya, Rusli.
“Beliau (Rusli) yang selalu melatih kami, hingga saya bisa menjadi juara. Pelatih juga terus memberikan semangat. Beliau juga sudah seperti orangtua kami,” terangnya.
Diakuinya hampir semua teknik dasar hapkido tidak jauh berbeda dengan taekwondo. Namun ada beberapa teknik yang harus ia pelajari dari hapkido. "Sebelumnya memang saya berlatih taekwondo. Umur 19 tahun mulai hapkido,” tuturnya.
Hapkido 70 persen dari taekwondo. Sisanya ada bantingan dan lainnya. “Jadi tidak ada kesulitan, karena sudah ada dasarnya, dan poin bantingan ini paling besar," jelasnya.
Devi mengucapkan teruma kasih kepada masyarakat dan Pemkab Kubu Raya. Lantaran sudah mendukung hingga ia mengikuti kejuaran dunia hapkido di Korsel. “Tanpa adanya dukungan, tentu kami tidak seperti ini. Makanya kami minta dengan para atlet, agar tidak patah semangat,” pesannya.