Diam Mati Kelaparan, Melawan Dibantai Pasukan Pencabut Nyawa
FAES sejatinya dibentuk untuk menangani situasi yang tidak biasa. Misalnya, terorisme, penyanderaan, dan berbagai kasus lainnya yang tidak bisa diatasi unit kepolisian biasa.
Mereka dilatih secara militer. Tapi, sejak kekuasaan Maduro goyah, FAES kini difungsikan untuk menyerang penduduk yang seharusnya mereka lindungi.
Ordonez bukan satu-satunya korban FAES. Sabtu (16/2), Fox News mengunggah sebuah foto yang cukup mengerikan. Mobil FAES tampak melaju dengan membawa tubuh seorang penduduk yang sudah tak bernyawa.
Foto itu diambil dari unggahan jurnalis NTN24 Venezuela Luis Gonzalo Perez di akun Twitter-nya. Dia kerap mengunggah kekejian FAES.
PROVEA mengklaim bahwa sejak awal Januari sudah lebih dari 40 orang tewas diberondong peluru FAES. Setiap pekan ada setidaknya empat nyawa melayang. Mayoritas adalah orang-orang yang ikut dalam aksi masa anti pemerintah.
Jika dihitung sejak demo tahun lalu, unit kepolisian yang dijuluki Death Squad alias Pasukan Pencabut Nyawa itu diperkirakan telah menghabisi 205 nyawa. Itu dua kali lipat lebih tinggi dari perkiraan Amnesty International yang hanya sekitar 100 orang.
’’Ini adalah unit elite setara militer yang secara teori diciptakan untuk menyelamatkan nyawa. Tapi, kenyataannya mereka justru memadamkan kehidupan,’’ tegas Alvarado. Berbagai media lokal maupun internasional telah memberitakan kebrutalan mereka dalam menangani demonstran.
The Caracas Chronicles akhir Januari lalu mengungkapkan bahwa FAES tak kenal takut saat mengeksekusi korban. Mereka bakal dengan brutal memukuli dengan pipa besi yang di dalamnya berisi semen.