Diaspora Katolik Indonesia Mengawali Perdamaian Dunia
Tema perayaan Natal itu, menurut Leo Mali, juga untuk memaknai arus pewartaan kabar gembira Gereja Katolik untuk dunia. Latar belakangnya adalah Indonesia pada saat ini menjadi salah satu “negara pengekspor” para rohaniwan-rohaniwati Katolik ke luar negeri dan dari waktu ke waktu terus bertambah.
Kenyataan ini, kata Leo Mali, menandai sebuah arus baru evangelisasi. Kalau beberapa abad lalu para misionaris dari Eropa datang mewartakan injil di kepulauan Nusantara (juga di Asia, Afrika, serta Amerika Latin), maka di abad ini sejumlah rohaniwan/religius dari luar Eropa termasuk Indonesia datang dan mewartakan Injil di Eropa.
“Di Italia dan di Vatikan sendiri, saat ini terdapat lebih dari 1600-an rohaniwan dan religius Indonesia. Seorang Imam bekerja di Vatikan. Beberapa orang Imam dan suster bekerja sebagai anggota dewan jenderal bahkan tiga orang Imam Indonesia saat ini menjadi superior jenderal kongregasi religius. Sejumlah suster/bruder dan Imam lainnya berada di Italia untuk jangka waktu tertentu untuk tugas belajar,” ujarnya.
Leo Mali mengharapkan bahwa dengan kerja sama Keluarga Katolik Indonesia (KKI) Sedunia dan para rohaniwan-rohaniwati yang berkarya di luar negeri, akan mewujudkan langkah yang tepat menyuarakan perdamaian secara nyata untuk dunia.
Indonesia akan memainkan peranan penting dalam terwujudnya perdamaian dunia melalui pewartaan kabar gembira.
Lebih lanjut, Leo Mali menjelaskan bahwa acara ini terselenggara atas dukungan Jaringan Komunitas/Keluarga Katolik Indonesia (KKI) Diaspora Sedunia.
Mereka yang terlibat antara lain Frans Simarmata (KKI Sidney), Stephanus Titus Widjaja (KIS Singapura), Shirley Hadisandjaja (Milan-Italia) Victor Fernandez (KKI Mexico), Ronny Rusli (KKI Dallas-USA) dan Yolanda Gomulya (KKI Swiss).
Sementara tim media dikerjakan oleh OMK Singapur, OMK Milan serta didukung Jaringan relawan KKI di Tokyo Hongkong, Belanda dan Belgia.(fri/jpnn)