Diskotek Pertama di Jakarta Ini Kasih Diskon Gede-gedean buat Pelajar
Majalah Tempo, 27 Maret 1971 menggambarkan suasana Tanamur, "Musiknja lebih mendebur, tetapi di beberapa podjok suasana suram mirip kesepian. Di Tanamur kesempatan untuk merenung sangat terbuka, lambang pohon kaktus memang tepat baginja."
Dan, "Tanamur bagaikan milik para remadja. Ada kebebasan dan kesederhanaan. "Di sini ada pasangan-pasangan jang tidak datang bersama", kata Ahmad Fahmy, "Mereka kentjan untuk bertemu di sini, untuk menghemat biaja."," begitu tulis Tempo.
Majalah berita mingguan yang digawangi Goenawan Mohamad ini cukup rajin menurunkan berita riuh rendah kehidupan Tanamur. Agaknya wartawannya pengunjung setia Tanamur.
"Tanamur memang banyak dikunjungi wartawan dan penulis. Makanya tak sedikit novel yang mengambil latar Tanamur. Di antaranya Fredy S. Teguh Esha, penulis novel Ali Topan Anak Jalanan, semasa jadi wartawan juga sering ke Tanamur," kata Hendaru Trihanggoro, sejarawan yang pernah berjibaku meneliti riwayat diskotek pertama di Jakarta itu.
Ketika dijumpai JPNN.com, Teguh Esha membenarkannya. Kata dia, di Tanamur banyak informasi awal untuk dijadikan sumber berita. Di sana banyak gosip. Mulai dari gosip rakyat jelata hingga gosip pejabat negara. "Sebagai wartawan info awal itu tinggal diverivikasi saja kebenarannya."
Malam Pelajar
Minggu malam, biasanya pengunjung Tanamur sepi. Mengisi malam yang sepi itu Ahmad Fahmy Alhady, si empunya tempat, mengemas acara untuk pelajar.
"Cover charge diganti dengan uang iuran. Tiga ribu dalam satu triwulan. Mendapat keringanan lagi karena dapat dibajar setiap bulan. Makanan dan minuman jang masuk perut mendapat potongan sebesar 300," tulis Tempo, 24 Juli 1971 dalam berita berjudul "Tanamur Student Club".