DKI Kaya, Sampah Masih Diurus secara Konvensional
jpnn.com - JAKARTA - Mantan Kapuspen Kemendagri, Reydonnyzar Moenek, siang ini akan menjalani sidang terbuka promosi doktor di Universitas Padjadjaran (unpad), Bandung.
Pria yang saat ini menjabat sebagai Direktur Jenderal Keuangan Daerah Kemendagri itu akan mengulas penelitiannya berjudul "Kapasitas Fiskal dan Kualitas Pelayanan Persampahan di DKI".
Donny -panggilan akrabnya- mengatakan, kajian ini dia pilih lantaran masalah persampahan menyangkut pelayanan dasar kepada masyakarat. "Sedangkan DKI merupakan barometer pelayanan dasar. Dengan kapasitas fiskal yang terus meningkat, mestinya pelayanan persampahan di DKI juga membaik," kata Donny kepada JPNN, Jumat (14/11).
Namun, kata dia, kemampuan fiskal DKI yang terus meningkat ternyata tidak berbanding lurus dengan pelayanan masalah persampahan.
"Kemampuan fiskal DK naik dari tahun ke tahun, dari Rp 30 triliun, sekarang Rp 64 triliun, bahkan ke depan bisa Rp 72 triliun. Namun anggaran persampahan tidak berbanding lurus dengan meningkatnya kemampuan fiskal itu," beber Donny, yang juga mantan Staf Khusus Mendagri Bidang Hukum, Politik, dan Hubungan Antarlembaga itu.
Mestinya, lanjut pakar investasi, fiskal, dan pengelolaan keuangan daerah itu, DKI bisa menyediakan infrastruktur persampahan yang canggih. "Tapi kenyataannya, masih dikelola secara konvensional," imbuh pria yang dekat dengan kalangan jurnalis itu.
"Cara berpikir harus diubah, dari sampah yang dilihat sebagai cost, menjadi profit and benefit. Bisa menghasilkan uang dan bermanfaat bagi masyarakat," ulasnya.
Dia membandingkan dengan Amsterdam, dengan sampah 4.500 ton per hari, bisa diolah menjadi energi listrik sebesar 91 Mw, yang bisa dipakai 50 ribu penduduk di sana.