Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Dokter Edi S. Tehuteru; Terapkan Hospital-Schooling untuk Penuhi Hak Pasien Kanker Anak

Tergugah saat Hadi Minta Buku Pelajaran dari Pontianak

Kamis, 30 April 2015 – 17:17 WIB
Dokter Edi S. Tehuteru; Terapkan Hospital-Schooling untuk Penuhi Hak Pasien Kanker Anak - JPNN.COM
TELATEN: Dokter Edi Tehuteru memantau pembelajaran kepada pasien kanker anak di RS Kanker ’’Dharmais’’ Jakarta, Selasa (28/4). Foto: Raka Denny/Jawa Pos

Kanker pada anak mencapai 2–3 persen dari kanker secara keseluruhan atau sekitar 4.100 kasus kanker anak baru setiap tahun. Di antara jumlah itu, kata Edi, leukemia masih menjadi penyebab kanker paling banyak pada anak. Disusul retinoblastoma, limfoma, dan kanker tulang. Prinsipnya, kanker bisa disembuhkan selama diketahui pada stadium awal.

Metode hospital-schooling serta pendekatan psikososial sangat berperan dalam menunjang pengobatan. Edi mencontohkan pasien osteosarkoma (kanker tulang) pada stadium lanjut yang harus diamputasi.

''Kalau berpikir klinis aja, tinggal bilang, 'Besok kakinya dipotong ya'. Kebayang nggak, bagaimana psikologis anak tersebut?'' katanya.

Bukan hanya itu. Pasien kanker anak yang menjalani kemoterapi harus dihibur hatinya. Jangan sampai mereka merasa stres karena obat kemoterapinya tidak bisa bekerja efektif.

''Salah satunya, mereka harus tetap bisa belajar dan bermain. Mereka kalau nggak belajar malah sedih lho,'' ungkap penulis buku Waspada & Kenali Kanker pada Anak sejak Dini itu.

Untuk memberikan suasana yang menyenangkan bagi pasien anak, bangsal rawat inap mereka dibuat bernuansa ceria. Misalnya, dindingnya dilukis pemandangan alam dengan aneka binatang serta pepohonan. Model itu mengadopsi konsep yang diterapkan di Amsterdam Medical Centre.

Nama-nama ruang perawatan juga dibuat dekat dengan dunia anak. Misalnya, ada ruang semangka, anggur, apel, kacang polong, serta ruang gajah, kancil, dan beruang.

''Ini bukan hanya kerja saya, tetapi kerja banyak orang. Sebab, untuk mewujudkan treatment yang menyeluruh terhadap pasien kanker anak, perlu sinergi banyak pihak. Selain medis, juga dari sisi pendidikan, psikologi, dan aspek-aspek lain,'' ujar anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang juga kerap bergabung dengan tim bantuan medis darurat untuk bencana tersebut.

Masa pengobatan kanker yang panjang sering menghambat pasien anak untuk mendapatkan hak belajar. Hal itu menjadi perhatian dr Edi Setiawan Tehuteru

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News