Don Quixote
Don Quixote memulai petualangan sebagai seorang pahlawan yang siap menghancurkan musuh-musuh yang angkara. Untuk melengkapi penampilannya sebagai seorang pangeran, dia harus mempunyai pendamping seorang putri keraton yang bakal menjadi permaisurinya. Maka seorang perempuan di desanya yang bertubuh gemuk dibayangkan sebagai seorang putri berjuluk Lady Dulcinea.
Dalam perjalananya, dia ditemani abdi dalem yang setia, Sancho Panza, seorang pria miskin dari tempat yang sama dengan Don Quixote. Sancho mau mengikuti Don Quixote karena iming-iming janji yang diberikan kepadanya. Kalau petualangan selesai, Sancho akan menerima hadiah sebuah pulau dan dia akan diangkat sebagai penguasa pulau itu.
Petualangan Don Quixote penuh dengan kejadian heroik yang konyol. Ketika berada di bukit kincir, Don Quixote berimajinasi bahwa kincir angin itu adalah raksasa jahat yang akan mencelakai orang-orang yang melewati bukit itu. Raksasa jahat itu akan menjadi penghalang utamanya dalam mewujudkan cita-cita menjadi ksatria hebat.
Don Quixote berpikir raksasa itu harus dihancurkan. Dia merasa hanya dirinya yang bisa mengalahkan sang raksasa. Dia adalah figur pahlawan yang ditakdirkan mengalahkan raksasa.
Perang hebat pun terjadi. Quixote menyerang ke arah raksasa dengan tombak tumpul dan keledai kurusnya.
Sancho yang sama bodohnya dengan Don Quixote berpikiran lain. Dia sadar bahwa yang akan diserang tuannya adalah kincir angin besar, bukan raksasa.
Dia pun berteriak dari kejauhan untuk memperingatkan Don Quixote yang sudah memacu kudanya untuk menyerang kincir angin. Don Quixote mengeyel dan tetap memacu keledai ke arah kincir angin.
Alhasil dia pun tersambar kincir dan terlempar jatuh. Sekujur tubuh Don Quixote babak belur.