Dua Siswi di DIY Olah Biji Alpukat Jadi Mi Instan Sehat
Gunakan Pewarna Alami, Pakai Pandawa Lima untuk Nama Varian RasaHanifa menambahkan, pembuatan mi yang mereka jual seharga Rp 6 ribu itu sangat mudah dan sederhana. “Biji alpukat dicuci terlebih dahulu, dikupas kulit arinya, kemudian diparut,” ungkap siswi kelas XI ini.
Hasil endapan parutan itu kemudian dikeringkan dalam oven selama 30 menit. Endapan yang mengering dan menjadi pati lantas diolah menjadi adonan dengan campuran tepung terigu, telur, garam, dan pewarna alami.
“Setelah itu digiling jadi mi kemudian dijemur selama sehari. Mi ini bisa bertahan hingga satu bulan karena kami tidak menggunakan bahan pengawet,” tambah Hanifa.
Mereka juga membuat bumbu mi dengan bahan yang biasa kita gunakan seperti garam, laos, kunyit, bawang merah, bawang putih, gula pasir, dan ketumbar yang digoreng dan dikeringkan. Kemasan minya sendiri terbilang unik, karena menggunakan desain batik Parang sebagai penghargaan akan kearifan lokal Jogjakarta.
Guru pembimbing Karya Tulis Remaja (KIR) MAN 2 Jogja, Exwan Adriyan mengungkapkan, pihak sekolah akan berupaya memfasilitasi dan memberikan pembinaan kepada siswa yang berpotensi di bidang penelitian. “Saat ini lebih dari 20 siswa ikut ekstrakurikuler KIR, baik untuk eksakta maupun non-eksakta,” ujarnya.
Pada 17 April nanti, Nilam dan Hanifa akan mempresentasikan hasil penelitian mereka dalam grand final Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional (LKTIN). Kedua siswi ini merupakan satu dari dua tim yang mewakili Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dalam ajang lomba yang diikuti 25 tim SMA/SMK/MAN seluruh Indonesia itu.
“Kami berharap dapat masuk tiga besar terbaik pada grand final nanti,” tambah Exwan.(laz/ong)