Dubes Zuhairi: Muslim Harus Jadikan Demokrasi Jalan kebajikan, Bukan Memecah Belah
jpnn.com, TUNIS - Duta Besar RI untuk Tunisia Zuhairi Misrawi menilai pemikiran keislaman menjadi kekuatan dalam kokohnya demokrasi di Indonesia.
Hal itu disampaikan Zuhairi saat memberikan sambutan dalam forum dialog dan silaturahmi antara Mahasiswa Pascasarjana Program Sandwich Universitas Syarif Hidayatullah Ciputat Jakarta dengan seorang ulama terkemuka Tunisia Syekh Shalahuddin al-Mustawi di Wisma Dubes RI untuk Tunisia pada Minggu (20/11).
"Saya paparkan bahwa pemikiran keislaman di Indonesia mempunyai peran besar dalam mendorong dan memperkokoh demokrasi. Gagasan tentang musyawarah mufakat pada hakikatnya terinspirasi dalam khazanah Islam, sebagaimana ditegaskan di dalam Al-Qur'an agar kita umat Islam selalu mengedepankan musyawarah dalam memecahkan segala urusan," kata dia dalam siaran pers, Senin (21/11).
Alumnus Universitas al-Azhar, Kairo, Mesir itu menerangkan perlunya lahir para cendekiawan muslim yang dapat memperkaya demokrasi, khususnya dalam rangka menjadikan sistem tersebut sebagai jalan bagi persatuan, perdamaian, dan keadilan sosial.
"Kita semua, umat Islam, punya tanggung jawab untuk menjadikan demokrasi sebagai jalan bagi kebajikan, bukan sebaliknya justru memecah belah. Tidak ada politik identitas yang memecah belah kebangsaan dan kemanusiaan kita. Sebab itu, para cendekiawan muslim harus menginspirasi publik dengan gagasan inklusif, moderat, dan toleran," ujar dia.
Sementara itu, Shalahuddin al-Mustawi menegaskan perlunya mengedepankan ihsan atau kebeningan hati. Sebab ihsan dapat menyempurnakan keimanan dan keislaman.
"Tunisia merupakan bumi para ulama yang mengedepankan ihsan. Imam Abul Hasan al-Syadzili dan Allamah Muhammad Thahir bin Asyur merupakan ulama yang punya pengaruh besar di dunia Islam dan menjadikan Islam sebagai lokomotif bagi reformasi dan kemajuan," ujarnya. (tan/jpnn)