Dunia Usaha Perlu Prediksi Cermat Kurangi Risiko PascaCovid-19
jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum Jaringan Pengusaha Nasional (JAPNAS) Bayu Priawan Djokosoetono mengungkapkan, pandemi COVID-19 telah menghentikan banyak kegiatan produksi akibat pembatasan mobilitas manusia, sehingga terjadi supply shock dan demand shock secara bersamaan.
“Pandemi ini telah menyebabkan terganggunya ekonomi bisnis secara ekstrim, khususnya sektor produksi, Sehingga jalinan mata rantai sektor terkait juga terganggu, bahkan stagnasi,” kata Bayu Priawan, dalam Webinar bertajuk Potret Kondisi dan Prediksi New Normal Ekonomi Indonesia, Selasa (19/5).
Chairman Bluebird Group ini mengatakan, pemerintah telah berupaya melakukan mitigasi atas kemungkinan terpuruknya dunia usaha dengan mengalokasikan anggaran khusus penanganan dampak ekonomi akibat Covid-19.
"Namun dunia usaha perlu prediksi secara cermat dan lebih prudential agar tidak terlalu dalam menanggung risiko," ujarnya.
Faisal Basri yang juga hadir dalam acara tersebut menambahkan, telah terjadi supply shock dan demand shock secara bersamaan akibat pandemi.
"Bahkan sektor keuangan mengalami guncangan, bursa saham dan pasar obligasi ikut tertekan. Investasi nyaris berhenti, dan jutaan pekerja telah dirumahkan,” katanya.
Hampir semua negara di dunia, kata Faisal, ekonominya mengalami tekanan yang hebat akibat pandemi virus asal Wuhan, Tiongkok itu.
"Kurva aggregate supply bergeser ke kiri. Semua sektor terkait terganggu, sehingga mengakibatkan demand shock, menggeser aggregate demand ke kiri atau ke bawah. Semua negara telah mengalokasikan anggaran besar untuk menangani Covid-19," jelas Faisal.