Dwi Dulu Menggembala Sapi, Kini di Rusia, Prestasinya Bidang Nuklir Moncer
Perkenalan dengan nuklir semakin dalam ketika duduk di bangku SMA. Dia bersekolah di SMA Negeri 2 Sekayu yang termasuk rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI). Buku-buku tentang ilmu pengetahuan semakin banyak didapat.
Di perpustakaan sekolah itu pula Dwi mendapat pengetahuan tentang keunikan teknologi nuklir yang tidak dapat dilakukan teknologi lain.
Guru fisika pernah memberi tahu dia. Ketika nuklir membelah, sekian energi terhasilkan. Perbandingannya, 1 gram uranium setara dengan 2 ton batu bara. ”Saya berpikir, ini luar biasa jika bisa menguasai nuklir,” ucapnya.
Menjelang lulus SMA, sekolah Dwi mendapat undangan agar siswa di RSBI itu mendaftar ke Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN) Jogjakarta. Dwi salah seorang yang mendaftar. Dia diterima di kampus tersebut tanpa tes.
Setelah kuliah di STTN, perempuan yang memiliki hobi memancing itu mendapat kesempatan melanjutkan S-2.
Tiga beasiswa diraihnya sekaligus dalam waktu bersamaan. Yaitu beasiswa dari Polandia, Rusia, dan Universitas Pertahanan. ”Saya ambil yang Rusia. Fokus mendalami nuklir,” katanya.
Pilihan itu sempat mendapat tentangan keluarga dan teman-teman. Ungkapan menakutkan pun tak jarang dilontarkan.
Salah satunya, perempuan akan kesulitan memiliki anak lantaran terkena radiasi nuklir. Godaan tersebut tak mengubah pendiriannya.