Dwi Dulu Menggembala Sapi, Kini di Rusia, Prestasinya Bidang Nuklir Moncer
Bahkan, ada yang melontarkan nada pesimistis dengan kuliah yang diambil. ”Kamu mau kerja jadi apa? Di sini belum ada pasarnya,” ucap Dwi mencontohkan.
Akibat pertanyaan itu, beberapa temannya mengurungkan niat untuk mendalami nuklir. Tapi, Dwi punya jawaban lain. ”Justru karena tidak ada pasarnya, saya akan jadi orang yang unik,” ujarnya.
Dengan pendiriannya itulah, Dwi melanjutkan kuliah S-2 jurusan nuclear power and thermophysics dengan fokus advanced technology of light water nuclear reactors di National Research Nuclear University MEPhI di Moskow.
Jalan terjal harus dilalui saat memulai kuliah lantaran kelasnya menggunakan bahasa Rusia. Tidak ada bahasa Inggris. Padahal, saat itu dia tidak mengenal bahasa Rusia sama sekali.
”Saya mengakalinya dengan merekam selama kuliah. Saya dengarkan lagi di asrama. Sampai saya paham,” ucapnya.
Bukan itu saja tantangannya. Di kampusnya ujian bukan hanya menulis jawaban atas pertanyaan pada lembaran kertas.
Meskipun semua jawaban benar, belum tentu dia mendapat nilai 100. Sebab, jawaban itu harus diuji secara lisan di depan profesor. Profesor penguji akan mendebatnya. Tentu dengan bahasa Rusia.
Itu berlaku untuk semua ujian. Baik tengah maupun akhir semester. Di sanalah mahasiswa diuji untuk mempertahankan jawabannya dengan argumentasi ilmiah.