Enam Tahun Lumpur Lapindo, Derita Tak Kunjung Sirna
Senin, 28 Mei 2012 – 05:25 WIB
Amin Widodo sendiri menyebut situasi tersebut sebagai sebuah kesalahan. Yang pertama, karena penanganan semburan yang setengah-setengah, hilang kesempatan mempunyai teknologi mengatasi semburan lumpur. "Ambil contoh kasus Teluk Meksiko pada 2009," katanya.
Pada 2009, kilang minyak lepas pantai British Petroleum (BP) bocor dan menyemburkan minyak dengan volume dan tingkat kesulitan yang lebih tinggi ketimbang sumur Lapindo. Saat itu Presiden AS Barack Obama memerintah BP untuk bertanggung jawab. Dengan biaya besar, akhirnya BP berhasil menutup sumur kebocoran minyak di dasar laut tersebut. "Keuntungannya, kini BP mempunyai teknologi satu-satunya di dunia yang bisa efektif menutup kebocoran," tandasnya.
Kerugian kedua adalah terjadinya trauma psikologis masyarakat akibat lumpur Lapindo. Masyarakat mana pun pasti akan menolak bila daerahnya akan dijadikan wilayah eksplorasi. "Lihat saja di Sumenep, ada penolakan meski rig tower sudah terpasang. Juga penolakan warga di Jombang ketika Exxon akan melakukan survei seismik," terangnya.