FBI Turun Tangan Selidiki Pembunuhan Jurnalis Panama Papers
jpnn.com, VALLETTA - Keberanian Daphne Caruana Galizia mengkritisi pemerintahan di negaranya membuat perempuan 53 tahun itu kehilangan nyawa.
Jurnalis yang dikenal terus-menerus meminta pemerintah terbuka soal keterkaitan Malta dalam Panama Papers itu tewas Senin (16/10) ketika mobilnya meledak akibat bom yang terpasang di dalamnya.
”Kini apa yang sudah berkali-kali ditegaskan, dilontarkan dalam bentuk ancaman, dan diharapkan oleh orang-orang yang membencinya telah terjadi.” Demikian kalimat yang tercantum pada halaman editorial The Malta Independent, harian yang tiap dua kali dalam sepekan selalu memuat tulisan berbobot Galizia.
Dua pekan sebelum insiden maut tersebut terjadi, wartawan yang masih terlihat ayu di usia yang lebih dari separo abad itu sempat mengeluhkan ancaman-ancaman yang menghampirinya.
Fakta bahwa Galizia meninggal dunia setelah menerima ancaman membuat putra bungsunya, Matthew, yakin bahwa ibunya dibunuh.
”Ibu saya kehilangan nyawanya karena kukuh berdiri di jalur hukum dan menentang mereka yang berusaha melanggar jalur tersebut,” tulis pria yang juga berprofesi jurnalis itu di akun Facebook pribadinya.
Di Malta, Galizia menjadi satu-satunya jurnalis yang konsisten menjadi kritikus pemerintahan yang dipimpin Perdana Menteri Joseph Muscat itu.
Di mata publik, dia adalah politikus yang memiliki citra positif. Dia punya hubungan baik dengan para pebisnis Malta. Dia juga dikenal sebagai tokoh yang liberal. Banyak kebijakan Muscat yang populis.