Filep Wamafma Tekankan Pentingnya Sinergi Gereja Membangun Papua
“Dari titik ini, dibutuhkan keberanian yang besar bahwasanya Gereja harus benar-benar hadir bagi Adat maupun bagi Pemerintah. Gereja tidak lagi sekadar berbicara tentang ritual-formal, melainkan lebih lagi menyentuh kehidupan dasar Orang Papua. Gereja harus lantang bersuara terhadap ketidakadilan terhadap Orang Papua. Gereja harus mampu menyuarakan suara-suara yang tidak bersuara (voice of voiceless) dari Orang Papua,” terang Filep.
Dengan mengikuti pemikiran Gustavo Gutiérrez, dia menekankan refleksi atas 167 tahun masuknya Injil di Tanah Papua, bukan hanya sekadar sebuah refleksi teoritis atas iman atau sebuah teori transendental tanpa menyentuh bumi, melainkan sebuah refleksi kritis, di mana teologi-Gereja harus menjawab tantangan zaman dengan segala permasalahan sosialnya, terutama masalah kemiskinan.
Menurut Filep, teologi Kristen bukan hanya mencari intensitas dasar iman Kristiani, tetapi haruslah memiliki praksis sebagai wujud konkret penghayatan iman.
“Suara Gereja harus menghadirkan suara Orang Papua yang menderita. Hanya dengan cara itu, Orang Papua semakin diakui, makin menampilkan eksistensinya, dan menjadi pemimpin di negerinya sendiri; karena sesungguhnya, In Gotes Name Betraiten Wir Das Land (Dalam nama Tuhan kami Menginjak Tanah ini),” kata Filep.(fri/jpnn)