Filipina Menghadapi Gray Zone China, Indonesia Diminta Waspada
jpnn.com, JAKARTA - Pengalaman Filipina menghadapi gray zone China di wilayah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) merupakan pelajaran berharga bagi Indonesia, yang juga menghadapi situasi sama di perairan Natuna.
Hal itu disampaikan Ketua Forum Sinologi Indonesia (FSI), Johanes Herlijanto, Ph.D dalam webinar bertajuk 'China’s Gray Zone Operation in South East Asia: the Case of the Phillippines', Senin (27/2).
Pemerhati China dari UPH ini menilai pengalaman Filipina menghadapi operasi gray zone China membawa implikasi yang penting bagi Indonesia.
Pertama, Indonesia bukan satu-satunya negara yang menjadi target operasi gray zone China. Kedua, hubungan baik antara Filipina dan China, tidak menghentikan operasi gray zone.
Menurut Johanes, hikmah dari pengalaman Filipina itu adalah bersikap santai dan tidak menganggap serius insiden dengan China bukanlah sikap yang tepat. "Sebab, hal itu justru menambah semangat China meningkatkan sikap agresifnya," kata Johanes Herlijanto.
Berkaca dari hal tersebut, Indonesia perlu melanjutkan sikap serius untuk menjaga kedaulatan dan hak berdaulat di perairan Natuna. Upa meningkatkan kekuatan militer dan kehadiran Tentara Nasional Indonesia Angkata Laut (TNI AL) di wilayah ZEE perlu terus dilakukan.
"Indonesia perlu berdiskusi dan berbicara dengan negara-negara ASEAN lainnya untuk mencari solusi terkait operasi gray zone China di wilayah Asia Tenggara," ujar Johanes.
Pernyataan Johanes, diamini oleh Profesor Renato Cruz DeCastro, Ph.D, seorang ahli Hubungan Internasional terkemuka dari Universitas De La Salle University, Filipina.